Lolakarya pengembangan design dan pemasaran Batik Blora yang digelar EMCL di salah satu rumah makan di Kecamatan Cepu. |
BLORA. Operator migas Blok
Cepu, Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) kembali memberikan pelatihan pada pembatik
di Kabupaten Blora untuk meningkatkan kualitas batik melalui pengembangan
disain batik hingga mencapai standart nasional. Upaya itu diimbangi dengan
pemberian bekal strategi pemasaran bagi pembatik, untuk berkompetisi di pasar
luar.
Dalam pelatihan ini,
EMCL menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal untuk mengadakan
Lokakarya Pengembangan Disain dan Strategi Pemasaran Batik Blora. Sebanyak 15
Kelompok pembatik dari Kabupaten Blora mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di
salah satu rumah makan di Kecamatan Cepu, Sabtu (31/1).
Perwakilan LSM Mitra
Sejati, yang menjadi penanggung jawab kegiatan, Heri Tursilo, menjelaskan,
bahwa lokakarya tersebut merupakan tindak lanjut dari pelatihan batik yang
dilakukan beberapa waktu lalu di Desa Medalem Kecamatan Kradenan. "Diharapkan
para pembatik Blora siap menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada
tahun 2015 ini," tegas Heri.
Ia menyatakan, akan
terus berupaya mengawal Batik Blora mencapai pada standarisasi nasional.
“Semoga Batik Blora, bisa bersaing di pasaran seiring diberlakukannya MEA
dangan jaminan standar nasional,” jelasnya.
Untuk itu, tambah
Heri, dalam pengembagangan disain batik dan strategi pemasaran, pihaknya
menggandeng tenaga ahli dan sudah berpengalaman.
Senada juga
disampaikan Juru bicara EMCL, Rexy Mawardijaya. Ia berharap Batik Blora bisa
bersaing pada pasaran yang sudah ada. Pada bagian lain,
salah satu pemeteri dari INDIGOVERA, Semarang, Liza Anggraeni Putri,
mengungkapkan, selama ini pembatik masih berpikir untuk segmantasi dan memenuhi
kebutuhan lokal. Sehingga hal itu dianggap menjadi penghambat berkembangnya
Batik Blora. Padahal dengan pengembangan disain dan produk, Batik Blora bisa
bersaing di luar Blora.
“Dengan lokakarya
itu peserta diajak untuk berfikir mengambangkan disain dan produk bukan hanya
pada segmentasi lokal,” kata liza Anggraeni Putri didampingi Vera Candra Kartika
Sari.
Selama ini
masyarakat hanya mengenal batik Blora dengan simbol tertentu, seperti daun
jati, bonggol jati, pipa angguk dan beberapa corak lokal lain. “Kalau tidak
daun jati atau bonggol jati berarti bukan batik Blora, itu salah. Yang
namanya Batik Blora, adalah batik yang dibuat di Blora. Apapun motif dan
coraknya,” timpal Vera.
Padahal, banyak
corak lain, yang bisa dikembangkan dan dipadukan menjadi sebuah disain yang
menarik dan lebih menarik di pasaran. “Pola pikir masyarakat saat ini yang perlu
dirubah,” lanjut dia.
Pada kesempatan itu,
INDIGOVERA menjelaskan pada para pembatik untuk mengembangkan produk batik
dalam wujud yang lain. “Dari pada para pembatik hanya menjual berupa lembaran
kain batik yang harganya murah, lebih baik lagi jika mau membuat produk dari
kain batik yang nilai jualnya akan lebih tinggi,” pungkas Vera. (Sam-SB | Jo-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar