Home » , » Warga Kradenan Butuh Jembatan Bengawan Solo Penghubung Blora-Bojonegoro-Ngawi

Warga Kradenan Butuh Jembatan Bengawan Solo Penghubung Blora-Bojonegoro-Ngawi

infoblora.id on 11 Agu 2014 | 02.00

Puluhan warga Kradenan dan belasan motor harus menggunakan perahu di Sungai Bengawan Solo saat hendak menyeberang ke wilayah Bojonegoro dan Ngawi. (ari-infoblora)
BLORA. Sudah puluhan tahun warga Blora selatan perbatasan Bojonegoro dan Ngawi, khususnya yang tinggal di Kecamatan Kradenan menginginkan adanya jembatan di Sungai Bengawan Solo. Hal ini dikarenakan aktifitas warga di kedua wilayah yang dipisahkan oleh sungai terpanjang di Jawa ini sangat ramai, mereka terpaksa menggunakan jasa perahu yang membahayakan.

Seperti yang terjadi saat lebaran kemarin, satu perahu sampai dipaksakan memuat puluhan penumpang dengan belasan sepeda motor. Keadaan ini sangat bahaya apabila arus sungai deras, mengingat lebarnya sungai Bengawan Solo tersebut. Terlebih saat musim penghujan, tentu aliran sungai akan deras.

Antrian panjangpun sering terjadi karena hanya ada satu perahu yang melayani penyeberangan di Desa Medalem Kecamatan Kradenan Blora ini. Warga rela antri untuk menyeberang karena ini satu-satunya akses untuk menuju wilayah seberang.

Sebenarnya sudah ada jembatan penghubung Blora-Bojonegoro, tetapi letaknya jauh yakni di Kecamatan Cepu yang berjarak kurang lebih 30 km dari Kecamatan Kradenan. Tentunya harus memutar jauh dan membutuhkan waktu lama, apalagi jika ingin ke Ngawi bisa membutuhkan tambahan waktu satu jam sendiri bila harus lewat Cepu. Begitu juga dengan warga Randublatung dan Jati.

Puluhan warga antri menunggu perahu penyeberangan. (ari-infoblora)
Usulan sudah beberapa kali disampaikan warga dan beberapa kepala desa kepada pemerintah. Terakhir tahun lalu saat digelar sosialisasi bagi calon desa yang menerima bantuan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dari APBN Perubahan 2013 yang dihadiri oleh salah satu anggota Komisi IV DPR-RI Djoko Udjianto di Resto D'Joglo Blora.

Saat itu Kepala Desa Medalem dijabat oleh Arif Wibawanto. Dia mengusulkan agar warga di Blora selatan segera dibangunkan jembatan Bengawasn Solo. 

"Sudah enam tahun lebih kami mengusulkan pembangunan Jembatan Bengawan Solo di Kradenan maupun di Randublatung. Namun sampai sekarang belum ada bantuan. Mumpung kami bertemu dengan anggota DPR-RI yang juga Badan Anggaran (Banggar), kami sekali lagi menyampaikan permohonan tersebut," ungkapnya, kala itu.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala Desa Megeri, yang saat itu dijabat oleh Sukeni. Untuk sampai ke Ibu Kota Kabupaten di Blora dia harus menempuh jarak lebih dari 80 km. Pasalnya dia harus terlebih dahulu lewat Kabupaten Ngawi - Padangan Bojonegoro dan baru masuk Kecamatan Cepu lewat jembatan Bengawan Solo baru kemudian menyusuri jalan Cepu-Blora.  

"Desa kami berada di perbatasan provinsi. Kami mohon adanya perhatian khusus kepada desa-desa di pelosok perbatasan," tegasnya.

Selain persoalan infrastruktur jalan dan jembatan, para kepala desa di wilayah perbatasan juga mengharapkan adanya bantuan untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Seperti diantaranya bantuan infrastruktur irigasi pertanian dan sebagainya.

Namun disayangkan sampai saat ini belum ada respon positif dari pemerintah dalam menanggapi permintaan warga perbatasan Blora selatan ini. Mereka tetap menantang maut menyeberang Bengawan Solo menggunakan perahu sederhana. Jika puncak musim hujan harus memutar jauh melewati jembatan di Cepu karena perahu tidak beroperasi saat arus sungai deras. (rs-infoblora)
Share this article :

0 komentar:


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved