Wakil Walikota Sawahlunto, Ismed SH (empat dari kiri) bersama tim berfoto dengan Sedulur Sikep Sambongrejo Blora. (foto: esa-infoblora) |
BLORA. Kunjungan kerja Pemerintah Kota Sawahlunto, Sumatra Barat ke Kabupaten Blora untuk menjalin silaturahmi dan menggali sejarah Samin Surosentiko telah berjalan dengan lancar. Dengan dipimpin langsung oleh Wakil Walikota (Wawali) Sawahlunto, Ismed SH, rombongan beranggotakan 5 orang tokoh Kota Sawahlunto itu tiba di Blora, Selasa (26/8) sore.
Rombongan diterima Bupati Djoko Nugroho di GOR Mustika sekaligus menyaksikan Pameran Purbakala, Sejarah Seni dan Karya Budaya yang digelar Pemkab Blora. Di hadapan Bupati, Wawali Sawahlunto memaparkan tujuan kunjungannya ke Blora untuk menggali sejarah Samin Surosentiko yang makamnya ditemukan di Sawahlunto.
"Samin Surosentiko, atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Suro merupakan tokoh besar bagi warga Sawahlunto. Dia seorang Jawa yang dibuang dan dipekerjakan Belanda di pertambangan batubara di Sawahlunto," kata Wawali Ismed.
Setelah berjumpa dengan Bupati Blora, rombongan malam itu juga menuju Padepokan Sedulur Sikep (Samin) di Dukuh Blimbing, Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong, bersama tim Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora. Disana disambut langsung oleh Ketua Paguyuban Sedulur Sikep Sambongrejo, Mbah Pramugi Prawiro Wijoyo dan warga di Pendopo Sedulur Sikep setempat.
Dalam pertemuan tersebut, Pramugi mengucapkan selamat datang atas kunjungan Pemkot Sawahlunto yang sudah bersedia jauh-jauh dari Sumatra untuk mencari sejarah Mbah Samin Surosentiko ke Blora. "Salam seger waras dan matur suwun atas kunjungan Pak Wakil Walikota bersama tim yang sudah bersedia mengunjungi Sedulur Sikep Sambongrejo," kata Pramugi.
Pramugi bercerita bahwa Samin Surosentiko merupakan tokoh penyebar ajaran samin atau sikep yang lahir di Plosokediren Randublatung Blora dan berjuang melawan Belanda dengan cara damai (tanpa kekerasan). Karena pengikutnya semakin banyak, maka oleh Belanda ditangkap dan dibunuh di Rembang. Namun itu hanya propaganda Belanda. Faktanya tidak ada jasad Samin Surosentiko di Rembang. Namun ada pengikut Samin yang bertemu Samin Surosentiko dalam pembuangan di Sawahlunto Sumatra Barat dan berhasil kembali ke Jawa.
Bak gayung bersambut, Wawali Sawahlunto, Ismed SH juga bercerita bahwa Samin Surosentiko datang ke Sawahlunto sekitar tahun 1895 sebagai tawanan Belanda dan dipekerjakan untuk menggali tambang batubara (kerja paksa) yang hasilnya dibawa ke Belanda.
Bertahun-tahun dipekerjakan secara paksa oleh Belanda di pertambangan batubara, sambil terus menyebarkan ajaran kejujuran dan kesederhanaannya. Lambat laun pengikut Mbah Samin Surosentiko di Sawahlunto semakin banyak, namun masih sebatas para kaum pekerja paksa di pertambangan dan meninggal pada tahun 1914, tepat seratus tahun lalu.
Sajiman, seorang tokoh paguyuban masyarakat Jawa di Sawahlunto yang ikut dalam rombongan menjelaskan bahwa goa atau lubang bekas galian tambang batubara Mbah Samin Surosentiko kini telah menjadi lokasi wisata tambang dan pendidikan. Berkat Mbah Suro kini Sawahlunto terkenal sebagai kota tambang batubara. Lokasi lubang tersebut kini dinamakan Lubang Mbah Suro dan bisa mendatangkan pendapatan untuk Kota Sawahlunto dari sektor wisata.
"Pada Januari 2014 lalu kami baru menemukan letak makam Mbah Samin Surosentiko. Dengan proses yang panjang dan sulit. Saya dan tim naik turun gunung, bermeditasi dan berdoa agar diberikan jalan menemukan makam Mbah Suro. Makam ditemukan di atas Gunung Putri, dibawah pohon beringin besar," kata Sajiman.
Sajiman juga menjelaskan bahwa hingga saat ini kawasan makam tersebut belum dibuka untuk ziarah umum karena berdasarkan hasil meditasi yang dilakukan tim budayawan Jawa Sawahlunto, Mbah Suro menghendaki agar Sedulur Sikep Blora terlebih dahulu berziarah kesana.
Setelah berdialog dan bersilaturahmi dengan Sedulur Sikep di Sambongrejo, Rabu pagi (27/8), Wawali Sawahlunto dan tim berkunjung ke Pendopo Sedulur Sikep di Dukuh Karangpace, Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo. Disini disambut oleh sesepuh Sedulur Sikep Karangpace, Mbah Lasiyo.
Pada kesempatan tersebut juga terjadi dialog antar tokoh budaya Sawahlunto dengan sedulur sikep Karangpace sehingga terjalin rasa persaudaraan atau seduluran. Tim dari Sawahlunto kemudian diajak berziarah ke makam Mbah Engkrek (salah satu pengikut Samin) yang juga leluhur sedulur sikep Karangpace Klopoduwur.
Mereka juga merencanakan akan mengunjungi desa kelahiran Mbah Samin Surosentiko di Desa Plosokediren Kecamatan Randublatung. Namun karena kemarin waktunya terbatas, maka kunjungan ke Plosokediren urung dilaksanakan. "Karena jadwal Pak Wawali padat, kali ini kami belum sempat ke Plosokediren. Lain waktu akan kami agendakan kembali untuk datang ke Blora," kata Sajiman.
(rs/esa-infoblora)
(rs/esa-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar