![]() |
Seorang wisatawan berfoto di depan Pendopo Kampung Samin Karangpace Desa Klopoduwur Kec.Banjarejo Blora. |
BLORA. Komunitas Godhong Djati Blora menyarankan gagasan Pemkab yang
berobsesi mewujudkan Kampung Samin Karangpace Desa Klopoduwur, Kecamatan
Banjarejo sebagai wisata unggulan tidak hanya sekedar slogan dan bisnis
pariwisata semata, tetapi diperlukan banyak kajian dan jajak pendapat
warga sehingga tidak menyurutkan esensial keaslian dan pandangan tentang
Saminisme.
“Kampung Karangpace itu sebagai salah satu bagian konservasi budaya,
jadi esensialnya harus jelas, jangan sampai menyimpang dari
konsep-konsep yang diyakini oleh Sedulur Sikep. Kalau sebagai kawasan
wisata religi, itu lebih bisa dipahami. Butuh dikaji lebih spesifik
untuk mewujudkan sebagai wisata unggulan,” kata salah satu anggota
Komunitas Godong Jati Blora, Muda Prasetya, Minggu (10/8).
Dijelaskan
oleh Muda Prasetya, ide dan gagasan mewujudkan kampung Samin Klopodhuwur
sebagai wisata sudah lama dilontarkan, akan tetapi karena ada indikasi
yang menurutnya kurang bisa diterima, membuat komunitas itu tidak berani
“neko-neko” untuk terus mensosialisasikan.
Jika sebagai kawasan
wisata religi, menurut dia, setuju misalnya diadakan rutin seperti
‘haul’ Mbah Engkrek atau kegiatan yang menarik perhatian publik.
“Persoalannya, saya amati sudah banyak campur tangan dari sejumlah pihak
yang justru bukan langsung dari keturunan Mbah Engkrek (penerus ajran Samin Surosentiko), yang indikasinya
cenderung pada bisnis Saminisme. Jadi yang dimaksud wisata unggulan itu
yang bagaimana ? Apa didirikan tempat khusus, yang justru mengundang
orang atau remaja, misalnya malah berpacaran di tempat itu ? Pemkab
harus lebih bisa memilahkan antara wisata religi dan trade mark wisata
unggulan,” tegasnya.
Pihaknya setuju jika di kampung Samin
Klopoduwur sebagai kajian studi wisata budaya dengan nara sumber asli
keturunan Sedulur Sikep setempat, bukan pihak-pihak lain yang
mengatasnamakan warga Karangpace.
Boleh jadi, kata dia, di
antaranya dengan membangun tempat pertemuan atau penginapan untuk
wisatawan, bila perlu memasang jaringan IT dan menjadikan kawasan hot
spot area sehingga pengunjung bisa posting atau apload hasil wawancara
atau diskusi langsung pada nara sumber yang bersangkutan.
“Itu
sebuah kebanggaan. Hemat saya itu menjadi lebih menarik untuk
mensosialisasikan, terutama bagi kalangan pelajar dan mahasiawa,”
tandasnya.
Jika ada yang mengobsesikan pemberdayaan warga
Karangpace, seperti mengikutkan pelatihan membatik atau lainnya, kata
dia, diniliai bisa diterima, tetapi harus dipikirkan kelanjutan
pemasarannya sebab sudah banyak pengusaha batik Blora.
“Jika ada
wisatawan yang menginap maka disuguhkan kuliner ala warga setempat. Dan
yang perlu segera dibenahi dan disediakan adalah MCK yang memadai,”
katanya.
Lasio, tokoh Sikep Klopodhuwur, saat diminta konfirmasi menjelaskan bahwa sikap dhemen becik, rukun dan seger waras
memiliki banyak makna penjabaran pada hakekat kehidupan manusia,
sehingga dia mengisyaratkan bahwa Sedulur Sikep Karangpace bukanlah
bahan tontonan melainkan sebagai salah satu ‘konsep’ tuntunan hidup dari
ajaran Samin Surosentiko. (rs-infoblora | Tg-DPPKKI Blora)
0 komentar:
Posting Komentar