![]() |
Lapangan migas Semanggi Kecamatan Jepon. Hampir di semua wilayah kecamatan se Kabupaten Blora memiliki potensi migas, tetapi pengolahan hasil migas di Blora masih minim. (rs-infoblora) |
Hal itu disampaikan Plt Direktur PT Blora Patra Energi (BPE), Christian Prasetya. Ia menyatakan, bahwa Blora saat ini sudah terkena kutukan Migas. “Itu terjadi karena Kabupaten Blora tidak bisa mengelolanya sendiri dengan baik,” ungkap Christian, kemarin.
Menurutnya, jika Blora ingin terbebas dari kutukan itu, maka Blora harus mampu mengelolanya sendiri. “Kabupaten Blora harus mempunyai kilang pengolahan migas sendiri. Entah itu memanfaatkan kilang Cepu ataupun membangun kilang baru,” tandas Christian.
Dia menjelaskan, Kabupaten Blora mempunyai pentensi minyak yang cukup untuk 25 tahun ke depan. "Tapi kenapa Blora tidak bisa megolah minyak sendiri, seperti Bojonegoro yang saat ini ada PT Tri Wahana Universal (TWU)," ujar dia mengungkapkan.
Christian sangat menyayangkan tidak maksimalnya keberadaan kilang minyak berkapasitas 10.000 barel per hari di Kecamatan Cepu. "Itu lebih besar dibandingkan dengan kilang TWU yang hanya mempunyai kapasitas produksi 6.000 barel perhari. Kenapa Bojonegoro bisa sedangkan Blora tidak bisa?" ujar dia penuh tanya.
Karena itu, dia berharap, di Blora kedepan ada aktivitas pengolahan minyak mentah menjadi minyak setengah jadi atau menjadi produk jadi yang siap jual dengan nilai ekonomis lebih tinggi.
“Tidak hanya menjual minyak mentah ke luar, lalu kita membelinya lagi dengan harga mahal,” ujar pria berkacamata ini.
Menurut Christian, dengan berdirinya kilang di Blora, bisa mendatangkan multiplier effect yang luar biasa, terutama penyerapan tenaga kerja lokal. “Blora sudah waktunya ada processing activity," tegasnya.
Hal ini dikarenakan tidak mungkin lagi Blora mengharapkan Dana Bagi Hasil (DBH) dari Blok Cepu. "Karena permasalahan DBH Blok Cepu ini terbentur dengan Undang-undang. Perlu waktu lama dan tahapan yang berbelit untuk merubah regulasi tersebut. Kalau Blora hanya bergantung pada DBH Blok Cepu, Blora tidak akan pernah maju, dan Blora akan selalu terpuruk dalam perekonomian,” pungkas Christian. (rs-infoblora | ams-suarabanyuurip)
2 komentar:
Saya ingatkan agar lebih jeli melihat hal nyata di Bojonegoro.
PT Tri Wahana Universal (TWU) adalah perusahaan dari Jakarta sana, bukan perusahaan daerah.
Untuk pengolahan oil gas butuh tenaga skill yang tinggi, karena prosesnya rumit & resikonya tinggi.
Saya yakin 100% putra2 blora mampu untuk bekerja di perusahaan pengolahan oil gas. Untuk tahap awal tetap butuh orang2 berpengalaman secara manajemen & operasionalnya., ato para pimpinan & supervisor lapangan diperlukan dari tenaga skill. Selanjutnya lulusan SMU & SMK terbaik dari blora akan dilatih untuk jadi tenaga skill.
Hal yang perlu dilakukan PNS terkait khususnya Disperindag & ESDM blora yaitu mencari investor untuk pengolahan oil gas untuk buat pabrik di bLora. Tapi kasusnya PNS inikan sdh keenakan terima gaji tiap bulan & kebanyakan yg tdk mau urus kepentingan rakyat. Pokok e sdh jadi PNS & tiap bulan bayaran.
Smoga masih ada PNS yang mau peduli dengan kepentingan warga blora.
Komen 2:
Blora ini punya potensi oil gas, tapi pengolahannya banyak yang amburadul.
Jika prosuksi minyak oleh perusahaan asing maka bagi hasilnya 15 % untuk perusahaan & 85% untuk Negara.
Jika dikelola pertamina , bagi hasilnya 35% untuk pertamina, & 65 % untuk Negara.
Riil saat ini banyak usaha oil gas dikelola perusahaan local & tdk ada aturan bagi hasil.
Pada dasarnya usaha ini tdk sesuai UU, berselisih dengan aturan.
Usaha local menjual minyak ke pertamina & memperoleh harga jual -+ 60% harga pasaran minyak. Saat ini 40% nya menjadi milik siapa??? Ini tidak ada info jelas.
Pemerintah Blora sepertinya diam tidak peduli dengan potensi yang ada.
Balik lagi PNS sdh keenakan terima gaji bulanan seolah tak peduli dengan keadaan yang ada. Ini tentu tugas dinas ESDM. PNS gaji lebih 2 juta & rakyat jelata sbg pegawe toko dapat gaji 450-600 ribu.
Kapan mental akan berubah untuk bekerja mengabdi untuk kesejahteraan rakyat??
Lihat saja kondisi PPGJ di Sumber sampe saat ini produksinya tersendat2. Info pegawe disana bahwa usaha yg dikelola perusahaan sebesar Pertamina jg msh tdk lancar. Keluhannya pegawe knapa membuat project tapi penjualannya tdk disiapkan.
Klo dikelola asing saat project dikerjakan perjanjian jual beli produksi juga sdh diteken, bukan project selesai baru cari pembeli.
Rumit mengurusi usaha oil gas.
Posting Komentar