![]() |
Sakiyem (80) terus semangat jualan kerupuk upil meski usia senja. |
BLORA. Usia yang terbilang sudah senja,
tidak menghalangi semangat Sakiyem (80) untuk terus beraktivitas. Tangan-tangan yang
sudah renta itu, masih terlihat cekatan menggoreng kerupuk dengan pasir
di atas nanangan (penggorengan dari tanah liat).
Ditemani sang suami,
Wagimin (90), Sakiyem hidup berdua di rumah berdinding bambu dan
berlantai tanah di Desa Tanjung, Kecamatan Kedungtuban. Setiap harinya,
Sakiyem berjualan kerupuk upil, untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Menurut Sakiyem, usaha pembuatan kerupuk upil sudah dirintisnya
ketika masih muda dan mulai menjadi kehidupan berumah tangga. Mereka
sengaja memilih berwirausaha daripada menjadi petani, seperti warga desa
kebanyakan.
”Kula mboten gadhah sabin. Saged'e namung niki mawon
(Saya tidak punya sawah. Bisanya ya cuma ini,” katanya, kemarin.
Menurut Sakiyem,
mereka pernah memiliki pasang surut ketika berbisnis mengolah tepung
ketela menjadi kerupuk upil itu. Bahkan, saat sejumlah pesaingnya
tumbang, bisnis Sakiyem tetap bertahan hingga sekarang. ”Sampun kathah
ingkang tutup (Sudah banyak yang tutup),” imbuhnya.
Dahulu, membuat kerupuk upil cukup mudah, karena tepung ketela mudah didapat. Namun, keadaan sekarang jauh berbeda dan tidak sederhana. Sebab, ia dan suaminya harus menumbuk ketela untuk diambil sari patinya. Setelah itu, diberi bumbu berupa bawang putih, ketumbar, dan garam. Kemudian diaduk rata, hingga membentuk adonan yang kenyal dan dibentuk bulatan panjang seukuran tangan oang dewasa, baru dikukus.
Untuk mengolah kerupuk
upil dibutuhkan waktu hingga paling sedikit empat hari mengolah tepung
sampai menjadi kerupuk upil yang siap dijual. Kerupuk upil dengan
kemasan kecil, dijual seharga Rp 5 ribu per ikat berisi 10 bungkus.
Wilayah edar kerupuk upil di Pasar Desa Wadu dan Desa Kedungtuban.
Apabila sedang ramai, setiap hari bisa mendapatkan Rp 90 ribu. Tapi,
jika jualan sepi, pulang ke rumah hanya mengantongi uang antara Rp 50
ribu-Rp 65 ribu. (rs-infoblora | Nur/Aries-murianews)
0 komentar:
Posting Komentar