Kawasan gudang pertanian dengan sistem resi gudang (SRG) yang didirikan di Desa Sidorejo Kecamatan Kedungtuban, Blora. (rs-infoblora) |
BLORA. Sistem resi gudang (SRG) belum banyak diketahui petani di Blora.
Pemkab melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait diminta
lebih gencar menyosialisasikan SRG tersebut.
Bupati Blora Djoko
Nugroho mengemukakan gudang serta sarana dan prasarana penerapan SRG
sudah dibangun di Desa Sidorejo Kecamatan Kedungtuban di tahun 2013.
Menurut rencana operasional SRG di Blora pada musim tanam (MT) II bulan
Juni 2014. Bupati menyatakan kendala yang dihadapi saat ini antara lain
SRG masih belum diminati petani.
Selain itu juga perlu angkutan
dari lokasi gabah petani ke SRG.
''Menyikapi kendala yang dihadapi
tersebut langkah yang perlu dilakukan saat ini adalah mengadakan
sosialisasi tentang SRG serta mempercepat proses perijinan kepada
lembaga terkait,'' ujarnya, Jumat (4/4).
Pembangunan gudang serta
fasilitas utama dan pendukung gudang komoditi SRG di Blora, dibiayai
pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan. Yakni berupa dana
alokasi khusus (DAK) dan dana alokasi umum (DAU) dengan total anggaran
mencapai Rp 4,84 miliar.
Gudang dibangun di atas tanah seluas 3.500
meter persegi milik Pemkab Blora.
Daya tampung gudang mencapai
1.500 ton gabah. Mesin pengering gabah berkapasitas 10 ton per delapan
jam. Gudang ini juga dilengkapi dengan lantai jemur gabah, ganset,
listrik, tataan gabah, air, perkantoran dan musholla.
Pengelola
SRG nantinya adalah Koperasi Sinar Tani Mandiri Kecamatan Kedungtuban.
Koperasi Sinar Tani Mandiri sedang mengajukan SIUP, TDP kepada Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Blora. Selain itu juga saat ini
dilakukan pula proses pengajuan sertifikasi gudang kepada PT Sawu
Indonesia Jakarta. Melakukan proses MoU dengan PT Pertani dalam
pendampingan SRG dengan Pemkab Blora. Setelah perijinan lengkap diajukan ke Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Jakarta.
Bupati
menyebutkan banyak manfaat resi gudang. D iantaranya komoditi yang
disimpan (gabah atau beras) bisa diterbitkan surat berharga sebagai
bukti kepemilikan dalam bentuk resi gudang. Resi gudang sebagai bukti
kepemilikan dapat digunakan untuk pembiayaan dari Bank. Komoditi
disimpan di gudang SRG, resiko kerusakan akibat kebocoran dan dimakan
tikus menjadi tanggungjawab pengelola gudang.
Risiko kebakaran
juga sudah diasuransikan oleh pengelola gudang. Dilakukan pengujian
standar komoditi sehingga mutu layak simpan. ''Pengalaman selama ini
menunjukan gabah yang disimpan di gudang SRG nilai jualnya lebih
tinggi,'' tandasnya.
SRG yang sudah dilakukan di Blora diantaranya
telah dilakukan ujicoba mesin pengering gabah petani sebanyak 10 ton
hasil cukup baik. Selain itu juga melakukan ujicoba penyimpanan gabah
kering giling dalam gudang SRG. Yakni pada MT I bulan Mei-Juni 2013
sebanyak 40 ton gabah kering giling, harga saat itu sebesar Rp 4.200/kg.
Disimpan dalam satu bulan harga menjadi Rp 4.250 (ada selisih harga Rp 2 juta).
MT
II bulan September-Oktober 2013 sebanyak 30 ton gabah kering giling,
harga saat itu sebesar Rp 4.200/kg. Disimpan dalam 1,5 bulan harga
menjadi Rp 4.400 (ada selisih harga Rp 6 juta). ''Kami mendukung penuh
penerapan SRG di Blora karena akan bisa meningkatkan kesejahteraan
petani,'' ujar Djoko Nugroho. (rs-infoblora | abdul muiz)
0 komentar:
Posting Komentar