Home » , , » Warga Ds.Sumber Kec.Kradenan Minta Pertamina PPGJ Pakai Air Bengawan Solo Untuk Pengolahan Gas

Warga Ds.Sumber Kec.Kradenan Minta Pertamina PPGJ Pakai Air Bengawan Solo Untuk Pengolahan Gas

infoblora.id on 25 Okt 2013 | 20.24


Central Processing Plant (CPP) Proyek Pertamina Pengembangan Gas Jawa (PPGJ) di Ds.Sumber Kec.Kradenan yang membutuhkan banyak air untuk mengolah gas (rs-infoblora)
BLORA. “Tolak pengeboran sumur air oleh PPGJ” teriak sejumlah warga Desa Sumber, Kec.Kradenan saat melalukan unjuk rasa akhir September lalu. Mereka melakukan unjuk rasa setelah khawatir kehilangan sumber air yang selama ini mengisi sumur-sumur pompa. Kekhawatiran ini setelah hadirnya proyek gas yang dilakukan Pertamina Proyek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ).

Sebab, perusahaan ini akan mengebor sumur air di desa setempat. Air digunakan untuk pengeboran dan pengolahan gas. Imbasnya warga takut sumber air berkurang. Padahal sumber air ini juga menjadi pemasok areal pertanian. Kekhawatiran warga kian memuncak. Tak hanya warga Desa Sumber, akhir September lalu warga Desa Mendenrejo Kecamatan Kradenan juga ikut bergabung melakukan unjuk rasa. Mereka menolak pengeboran sumur air yang dilakukan PPGJ.

Sebagai kekesalan, para pengunjuk rasa memblokir jalan Peting-Kradenan. Mereka merangsek dan memadati depan kantor IKPT-Adhi Karya selaku kontraktor proyek pembangunan central processing plant (CPP) pengolahan gas PPGJ.

Protes warga di kantor IKPT-Adhi Karya, September lalu
“Kami menolak pengeboran sumur air tanah apapun alasannya. Karena itu akan mematikan sumber air petani,” kata Sukirno salah satu tokoh desa setempat.

Penolakan yang dilakukan warga tersebut bukan kali pertama, warga juga pernah melakukan dialog dengan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Blora, namun belum ada titik temu. Sebab Dinas ESDM, Pemkab dan PPGJ tak sejalan dengan pemikiran warga.

Kekhawatiran warga ini cukup beralasan. Menurut Sukirno, kalau sumur PPGJ  dibor dengan kedalaman 175 meter, tentu akan mengancam sumber air warga yang sumurnya hanya 45 meter. Apalagi versi warga, PT.PPGJ tidak berkoordinasi dengan petani. “Mestinya berkoordinasi dengan warga. Kami tetap menolak pengeboran apapun alasannya,” tegasnya.

Sukirno mengatakan, sumur pompa yang digunakan mengairi sawah rata-rata kedalamannya 40-80 meter. Namun rencananya PPGJ akan mengebor sampai 175 meter. Apalagi PPGJ akan mengebor sumur lagi. Setelah sebelumnya PPGJ gagal mendapatkan air setelah mengebor 160 meter. “Lebih baik dihentikan saja pengeboran, karena yakin tidak ada sumber air,” tambahnya.

Warga memberi masukan kepada PPGJ agar mendapatkan air dan tidak mengganggu warga. Sukirno meminta PPGJ mengambil dan mengolah air dari Bengawan Solo yang hanya berjarak 4 km dari lokasi PPGJ.

“PPGJ hanya melaksanakan proyek beberapa tahun saja. Kami tinggal di desa ini selamanya, bagaimana kalau tidak ada air?,” ujarnya.

Penilaian warga, selama 12 tahun menjalankan proyek produksi gas, PPGJ membutuhkan sedikitnya 2,5 juta meter kubik air atau 2,5 miliar liter. Dan penggunaan per detik  sebanyak 6,4 liter. Warga takut pasca proyek ini, warga justru mengalami krisis air. (rs-infoblora | ono-rij 22/10)
Share this article :

2 komentar:

Ujak mengatakan...

Klo cuma 4 KM ,
Pertamina harus melaksanakan tuntutan rakyat.
Masak yang menikmati bengawan solo cuma perusahaan semen aja.
Klo jeli melihat, silahkan contoh perusahaan di sumatra menarik pipa sepanjang 30 KM untuk supply air.
Cuma mengajukan prososal ke SKK Migas aja masa ga mau seh.
Biaya semua masuk cost recovery.

Trims

Ujak mengatakan...

Hal ini berkaitan dengan proyek.
Kontraktor pelaksana hanya melaksanakan tender yang dibuat manajemen pertamina.
Perlu langkah cepat agar info ini sampe ke manajemen pertamina.
Mohon sampekan pesan ke pertamina:
Ambil tindakan cepat dengan menunda proyek sumur. Segera rapat untuk merubah kebijaksanaan supply air dari bengawan solo.
priority: very high important.

Trims


 
Copyright © 2013. infoblora.id - All Rights Reserved