BLORA. Cukup mencengangkan, menurut perkiraan Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora ada sekitar 450 kasus HIV di Blora yang belum terdeteksi atau ditemukan. Karena itu, diminta semua pihak terkait untuk mensosialisasikan pemanfaatan Klinik Voluntary Conselling & Testing (VCT) HIV AIDS yang ada di Rumah Sakit dr.Soetijono Blora.
"Ini merupakan kesepakatan dari hasil rapat koordinasi antara Dinkes dengan lintas sektoral," tandas Kabid P2PLP Dinkes Kabupaten Blora, Lilik Hernanto SKM, M.Kes beberapa hari lalu.
Dia menjelaskan, sekitar 450 kasus HIV di Blora yang belum ditemukan tersebut berdasarkan data temuan khusus penyakit HIV-AIDS di Blora hingga 17 Juni 2013 lalu. Di Klinik VCT Rumah Sakit Umum Blora terdapat 14 kasus. Dari 14 itu hanya 50% diantaranya telah menjadi AIDS. Sedangkan kasus HIV-AIDS di tahun sebelumnya masing-masing di tahun 2010 sebanyak 18 kasus, tahun 2011 ada 27 kasus dan di tahun kemarin 2012 ditemukan 31 kasus.
Menurut Lilik, apabila dijumlah secara kumulatif dalam tiga tahun terakhir ini jumalah kasus HIV di Blora mencapai 90 penderita. Dimana sudah separuh lebih penderita HIV itu telah menjadi AIDS. Sedangkan penderita AIDS hampir 70 % sudah meninggal dunia.
Dikemukakan, menurut teori fenomena gunung es setiap satu penderita AIDS diperkirakan ada 10 penderita HIV yang belum terdeteksi. Dengan teori ini bisa memprediksi jumlah kasus HIV yang belum terdeteksi di Kabupaten Blora dalam tiga tahun terakhir. Yaitu 50% dikalikan jumalh penderita HIV (90 penderita) dimana jumlahnya 45 penderita AIDS dikalikan 10 dihasilkan 450 penderita HIV.
Berarti, lanjut Lilik, di Blora ada 450 kasus HIV yang belum terdata atau ditemukan. Dengan fakta ini, yang mendesak dan harus dilakukan adalah perlu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat terutama yang berperilaku resiko tinggi terkena HIV-AIDS untuk segera memeriksakan ke Klinik VCT yang ada di rumah sakit.
"Pemeriksaan ini untuk mengetahui status HIV-AIDS seseorang. Dan tidak usah khawatir, akan dijamin kerahasiaannya," ungkap Lilik.
Baru-baru ini Dinas Kesehatan beserta lintas sektoral terkait mengadakan rapat koordinasi dalam rangka upaya untuk pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Blora.
Dalam rapat tersebut direkomendasikan beberapa hal, diantaranya mensosialisasikan pemanfaatan Klinik VCT HIV-AIDS yang ada di Rumah Sakit dr.Soetijono Blora. Selanjutnya diminta untuk segera membuka klinik VCT lainnya di Rumah Sakit dr.Soeprapto Cepu, segera mereorganisasi KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah), dan meningkatkan penyuluhan serta sosialisasi tentang HIV-AIDS kepada seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda. (rs-infoBlora | sumber Suara Merdeka)
"Ini merupakan kesepakatan dari hasil rapat koordinasi antara Dinkes dengan lintas sektoral," tandas Kabid P2PLP Dinkes Kabupaten Blora, Lilik Hernanto SKM, M.Kes beberapa hari lalu.
Dia menjelaskan, sekitar 450 kasus HIV di Blora yang belum ditemukan tersebut berdasarkan data temuan khusus penyakit HIV-AIDS di Blora hingga 17 Juni 2013 lalu. Di Klinik VCT Rumah Sakit Umum Blora terdapat 14 kasus. Dari 14 itu hanya 50% diantaranya telah menjadi AIDS. Sedangkan kasus HIV-AIDS di tahun sebelumnya masing-masing di tahun 2010 sebanyak 18 kasus, tahun 2011 ada 27 kasus dan di tahun kemarin 2012 ditemukan 31 kasus.
Menurut Lilik, apabila dijumlah secara kumulatif dalam tiga tahun terakhir ini jumalah kasus HIV di Blora mencapai 90 penderita. Dimana sudah separuh lebih penderita HIV itu telah menjadi AIDS. Sedangkan penderita AIDS hampir 70 % sudah meninggal dunia.
Dikemukakan, menurut teori fenomena gunung es setiap satu penderita AIDS diperkirakan ada 10 penderita HIV yang belum terdeteksi. Dengan teori ini bisa memprediksi jumlah kasus HIV yang belum terdeteksi di Kabupaten Blora dalam tiga tahun terakhir. Yaitu 50% dikalikan jumalh penderita HIV (90 penderita) dimana jumlahnya 45 penderita AIDS dikalikan 10 dihasilkan 450 penderita HIV.
Berarti, lanjut Lilik, di Blora ada 450 kasus HIV yang belum terdata atau ditemukan. Dengan fakta ini, yang mendesak dan harus dilakukan adalah perlu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat terutama yang berperilaku resiko tinggi terkena HIV-AIDS untuk segera memeriksakan ke Klinik VCT yang ada di rumah sakit.
"Pemeriksaan ini untuk mengetahui status HIV-AIDS seseorang. Dan tidak usah khawatir, akan dijamin kerahasiaannya," ungkap Lilik.
Baru-baru ini Dinas Kesehatan beserta lintas sektoral terkait mengadakan rapat koordinasi dalam rangka upaya untuk pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Blora.
Dalam rapat tersebut direkomendasikan beberapa hal, diantaranya mensosialisasikan pemanfaatan Klinik VCT HIV-AIDS yang ada di Rumah Sakit dr.Soetijono Blora. Selanjutnya diminta untuk segera membuka klinik VCT lainnya di Rumah Sakit dr.Soeprapto Cepu, segera mereorganisasi KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah), dan meningkatkan penyuluhan serta sosialisasi tentang HIV-AIDS kepada seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda. (rs-infoBlora | sumber Suara Merdeka)
0 komentar:
Posting Komentar