Sarasehan kerukunan antar umat beragama di Pendopo Kabupaten Blora diikuti 250 tokoh lintas agama dan organisasi. (foto: dok-infoblora) |
Sarasehan dibuka langsung oleh Bupati
Djoko Nugroho. Sedangkan narasumbernya ada empat , yakni AKP Sumaidi
Kasat Binmas Polres Blora; H M Fatah, S.Ag, M.Ed dari Kantor
Kementerian Agama (KanKemenag) Blora; Drs. H. Joko Santoso, M.Pd dari
FKUB, dan Ustad Supandi dari Semarang.
Sebagai penyelenggara, Kepala Kantor
Kesbangpol Kabupaten Blora, Achmad Nur Hidayat, SH, M.Si, MM
melaporkan bahwa tujuan diselenggarakannya sarasehan itu adalah untuk
membangun toleransi antar umat beragama di Kabupaten Blora, sehingga
bisa terjalin persatuan dan kesatuan.
“Dengan mengikuti sarasehan, kami
berharap semua umat beragama di Kabupaten Blora bisa bersatu, menjaga
kerukunan dan toleransi, sehingga bisa bersama-sama siap mengawal
pembangunan di Kabupaten Blora. Kita ciptakan Blora yang aman, damai,
sejuk, dan kondusif,” ucap Achmad Nur Hidayat.
Bupati Djoko Nugroho saat membuka
sarasehan menyatakan rasa prihatin dengan adanya peristiwa
mengejutkan yang terjadi di Surabaya terkait aksi bom bunuh diri pada
3 gereja dan satu rusunawa di Sidoarjo.
“Jangan sampai hal-hal yang terjadi
di Surabaya dan Sidoarjo, terjadi di Blora. Oleh karena itu hari ini
kita berkumpul bersama untuk saling memupuk rasa kebersamaan,
toleransi, kerukunan agar tidak mudah terpengaruh paham radikal,”
ujar Bupati.
Untuk menangkal paham-paham radikal
yang bisa merusak sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, Bupati
Djoko Nugroho juga menyampaikan agar semua umat beragama di Kabupaten
Blora senantiasa memegang teguh empat pilar kebangsaan yang wajib
dipedomani oleh setiap warga negara Indonesia.
“Yang pertama adalah Pancasila.
Pancasila adalah ideologi bangsa yang tidak bisa digantikan.
Pancasila disusun atas kesepakatan semua tokoh agama. Indonesia bukan
negara yang berdasarkan pada deologi satu agama tertentu saja. Semua
partai politik dan organisasi masyarakat juga wajib patuh pada
Pancasila,” tegas Bupati.
Kemudian yang kedua Bhineka Tunggal
Ika, dimana menurut Bupati Djoko Nugroho, Indonesia ini lahir dan
diciptakan Tuhan YME dengan keberagaman dan perbedaan. Mulai dari
suku, agama, budaya, bahasa, ras, golongan dan sebagainya. Ini
merupakan takdir yang harus dijaga dan jangan saling bertengkar.
“Yang ketiga adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, NKRI. Ini adalah rumah besar kita yang dihuni
kebhinekaan tadi, sehingga harus kita jaga, jangan sampai terpecah
belah oleh paham tertentu yang ingin merubah bentuk negara. Keempat
adalah UUD 1945 yang merupakan sumber dari segala sumber hukum roda
pemerintahan Indonesia. Ini adalah kitab sucinya kehidupan Bangsa
Indonesia yang pantang untuk diganti,” lanjutnya.
Jike keempat pilar kebangsaan itu bisa
benar-benar dijalankan dan diamalkan oleh semua umat beragama, ia
yakin Indonesia akan kokoh dan tidak mudah terguncang oleh
paham-paham radikalisme.
“Semua agama itu sama, semuanya
mengajarkan tentang kebaikan. Tidak ada agama yang mengajarkan untuk
membunuh. Begitu juga kita selaku manusia yang tidak lepas dari dosa
tidak berhak mengatakan kafir kepada orang lain yang tidak seagama.
Yang berhak mengatakan orang itu kafir atau tidak hanyalah Allah,”
pungkas Bupati. (humas | jo-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar